12/02/11

SISTEM MANAJEMEN KONVENSIONAL YANG MASIH DITERAPKAN OLEH USAHA KECIL MENENGAH (UKM)


BAB I
PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring dengan perkembangan jaman yang sudah memasuki era globalisasi ini, ternyata masih ada beberapa organisasi yang menerapkan sitem manajemen konvensional atau yang biasa disebut dengan manajemen tradisional. Sistem pengendalian yang diterapkan manajemen tradisional yang hanya menitikberatkan pada kondisi keuangan dirasa sudah tidak mampu lagi untuk bersaing di jaman seperti sekarang ini, dikarenakan banyak yang harus di evaluasi oleh suatu organisasi yang masih menerapkan sistem manajemen konvensional yang dianggap tidak bisa lagi mengimbangi perkembangan jaman


B. IDENTIFIKASI MASALAH (LATAR BELAKANG)

Sesuai dengan judul makalah ini “Sistem Manajemen Konvensional Yang Masih Diterapkan Oleh Usaha Kecil Menengah”, terkait dengan pelaksanaan UKM dalam menerapkan sistem kemanajemenannya.
Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Sebab UKM masih menerapkan sistem manajemen konvensional ?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh UKM dalam menerapkan sistem
    manajemen konvensional ?   


C. PEMBATASAN MASALAH.

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1. Alasan manajemen konvensional yang kurang efektif untuk diterapkan pada UKM
2. Kesalahan – kesalahan UKM yang menerapkan manajemen konvensional


D. PERUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi tentang manajemen khususnya tetang manajemen konvensional ?
2. Bagaimana strategi yang harus dilakukan oleh UKM untuk dapat menumbuhkan iklim     
    pengembangan


                                                                 BAB II 
PEMBAHASAN




A. PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN
    
Ilmu manajemen merupakan suatu ilmu yang berkembang sekitar abad 19. pada saat itu sudah mulai terdapat tulisan-tulisan mengenai manajemen, sepeti John Robert Beishline dalam memecahkan masalah- masalah manajemen yang digolongkan menjadi tiga (3) golongan, yaitu:
1. Manajemen konvensional
2. Manajemen sistematis
3. Manajemen sebagai ilmu



B. SISTEM MANAJEMEN KONVENSIONAL YANG KURANG EFEKTIF

            Manajemen konvensional yaitu pelaksanaan manajemen didasarkan pada tradisi yang ada dan tak terpengaruh perubahan jaman dan persaingan, namun nyatanya pada era globalisasi seperti sekarang ini manajemen konvensional kurang efektif untuk diterapkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Sistem manajemen tradisional gagal untuk menyediakan informasi yang cocok, tepat waktu, dan terinci mengenai pelaksanaan aktivitas yang diperlukan oleh para manajer untuk mengendalikan biaya dengan lebih efisien dan efektif serta untuk meningkatkan produktivitas.
2. Manajemen tradisional mengarahkan para manajer untuk memusatkan tindakannya pada hasil-hasil jangka pendek daripada profitabilitas jangka panjang perusahaan, karena manajemen tradisional menekankan pada sasaran laba jangka pendek sebagaimana disajikan dalam laporan keuangan interim atau tahunan. Manufaktur Jepang (mobil dan elektronik) menguasai pasar dunia karena kesuksesan mereka dalam menekankan tujuan jangka panjang daripada laba jangka pendek.
3. Perkembangan perdagangan internasional ke arah persaingan global mengakibatkan beberapa negara, misalnya Amerika Serikat dan Inggris, yang semula sukses dalam hal pemanufakturan, berubah tidak mempunyai daya saing tinggi dalam hal harga dan kualitas dalam persaingan pasar internasional.
4. Lingkungan eksternal, misalnya praktik-praktik pemanufakturan, persaingan global, dan deregulasi peraturan pemerintah telah berubah secara signifikan. Melihat perubahan dan perkembangan yang terjadi jelas mendorong manajemen harus mampu menghadapi tantangan-tantangan yang muncul sehingga manajemen dapat menghasilkan informasi yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi.





C. USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DALAM MENERAPKAN SISTEM
     MANAJEMEN KONVENSIONAL

Usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia sering kali terasosiasikan dengan praktek “manajemen tradisional” oleh karena beberapa sebab seperti:
  • UKM yang tumbuh dan berkembang di Indonesia lebih banyak dikelola oleh perorangan (one man show) atau pun dikelola oleh satu keluarga yang berpegang teguh pada suatu tradisi pengelolaan usaha.
  • UKM yang tumbuh dan berkembang di Indonesia lebih banyak merupakan usaha yang sederhana dimana tidak dapat terlalu banyak bahan baku yang dibutuhkan, proses yang sederhana dan varian produksi yang tidak terlalu banyak.
  • Pola permintaan konsumen yang relatif tidak banyak berubah (oleh karena minimnya kompetensi).
  • Alat bantu proses dan produksi yang sederhana dan bukan tergolong berteknologi tinggi.
Di lain pihak, jenis permasalahan yang dihadapi UKM sangat beragam. Riset yang dilakukan oleh Shujiro Urata pada tahun 2000 menunjukkan bahwa salah satu masalah utama UKM di Indonesia adalah lemahnya manajemen usaha, termasuk manajemen keuangan dan akuntansi, selain juga kurangnya pengetahuan mengenai teknologi produksi, quality control, pemasaran, dan kurangnya kualitas sumber daya manusia.
Berbagai permasalahan tersebut muncul sebagai konsekuensi logis dari era globalisasi dimana dunia usaha telah dapat menembus batas-batas tradisional. UKM yang tumbuh secara tradisional kini bersaing dengan UKM mancanegara yang tumbuh di era persaingan bebas. UKM yang mampu mengatasi persaingan dan muncul lebih unggul adalah UKM yang mampu memenuhi keinginan konsumen secara cepat dan tepat dengan harga yang terjangkau, variasi produk dan layanan yang beragam. UKM unggulan tersebut adalah UKM yang mampu mengatasi kerumitan dan kompleksitas usaha yang semakin meningkat melalui praktek manajemen yang telah berkembang sesuai dengan perubahan kondisi usaha yang dapat dan terus berubah setiap saat.
Sebagai pembanding, survey yang dilakukan di Canada menyimpulkan bahwa manajemen (sisi internal UKM) merupakan faktor yang memberikan konstribusi tertinggi dalam proses pengembangan usaha dibandingkan peran pemerintah (sisi eksternal). Berangkat dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan salah satu unsur terpenting dalam penciptaan, pengembangan, dan pengelolaan UKM.



Lingkungan usaha berubah setiap saat menuntut UKM memiliki manajemen yang handal. Namun hal tersebut tidak dapat tercipta begitu saja tanpa melalui serangkaian proses yang terpimpin. Dalam memilih langkah yang sesuai demi memajukan UKM di Indonesia, terdapat beberapa pilihan antara lain:
  • Membiarkan UKM tumbuh secara mandiri tanpa dukungan katalis atau apapun, dengan risiko lamanya waktu yang dibutuhkan dan risiko hancurnya usaha oleh UKM yang lebih unggul dalam persaingan.
  • Membantu UKM untuk dapat mengatasi segala bentuk permasalahan, dengan risiko UKM menjadi tidak mandiri dan selalu mencari dukungan eksternal.
Untuk dapat menumbuhkan iklim pengembangan usaha yang kondusif dimana UKM dapat tumbuh dan berkembang dengan risiko yang dapat ditekan maka berikut ini ada beberapa strategi yang perlu dilakukan:

Strategi mentoring

Strategi ini merupakan upaya untuk menjalin dan membangun kerjasama dan kemitraan antara praktisi UKM yang sudah berpengalaman dan berwawasan luas dengan para praktisi pemula yang memiliki semangat berusaha dan membutuhkan pengarahan. Strategi ini dapat diterapkan salah satunya melalui kerjasama antara UKM pemula dengan UKM berpengalaman dalam sebuah kerjasama rantai pasokan. Dalam skenario tersebut diharapkan terjalinnya komunikasi dua arah antara keduabelah pihak yang dapat menjamin terciptanya rantai pasokan yang kuat berdasarkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan pengharapan masing-masing pihak.

Strategi inkubator bisnis.

Inkubator bisnis merupakan sebuah lingkungan dimana terjalin kerjasama antara manusia bersumber daya (seperti konsultan bisnis, ahli hukum, ahli keuangan) dan sumber daya lainnya (sarana perkantoran, pelatihan) yang dapat bermanfaat untuk memberdayakan usaha-usaha baru agar dapat tumbuh pada tahap awal dan bertahan melawan kompetisi.



Strategi klaster dan jejaring

Membangun hubungan di antara sekelompok UKM dalam rantai pasokan yang saling mendukung, melaksanakan efisiensi terhadap biaya operasional dan pengembangan, serta alih daya dan teknologi.

Strategi benchmarking

Strategi ini merupakan upaya dimana UKM dapat membandingkan tata cara, metode, proses hingga kinerja di antara sekelompok UKM maupun dengan kelompok UKM lain, dalam rangka membangun praktek terbaik (best practices)



D. KESALAHAN UKM DALAM MENERAPKAN MANAJEMEN KONVENSIONAL

1.    Meremehkan laporan keuangan

Padahal laporan keuangan yang sistematis amat membantu kita untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Lebih jauh pada saatnya nanti, seperti dikatakan oleh Ali Said, Ketua Hipmi, salah satu permasalahan UKM adalah ketiadaan laporan keuangan padahal ini dibutuhkan untuk syarat dalam peminjaman bank.

2.    Pelit dalam memberdayakan SDM-nya

Kita masih melihat banyak owner sebuah UKM tidak mau meluangkan waktunya untuk lebih memperhatikan serta melatih skill karyawannya. Lebih parah lagi jika hanya diberlakukan sistem gaji tanpa bonus.
Fasilitas pun menjadi hal yang penting untuk karyawan kita. Tanyakan apa yang dapat membuat mereka jenuh. Berdialoglah dengan karyawan kita. Karyawan juga berhak tahu seandainya kondisi kita sehingga terjadi saling pengertian dalam hal pemenuhan fasilitas.
Yang perlu diperhatikan adalah uang bukanlah sebagai pemicu utama pemberdayaan SDM.

3.    Tidak mau beralih ke computerize

Pengalaman saya, dengan computerize ini saya dapat mempunyai waktu luang yang lebih banyak. Computerize juga meminimalkan jumlah human error. Jika kita belum computerize, kita harus segera beralih.

4.    Hanya mengandalkan sedikit sumber

Dalam hal selling, saya sangat menghindari ketergantungan pada satu sumber, supplier maupun buyer. Untuk awalan, memang ada kalanya seperti itu.
Bargaining power kita akan lemah jika kita hanya mempunyai sedikit sumber. Padahal bargaining power adalah hal yang paling penting dalam tawar menawar.

5.    Tidak berani improvisasi dalam marketing

Berani tanpa perhitungan itu bodoh. Namun jika perhitungan sudah tepat masih tidak berani, itu namanya pengecut. Marketing tidak harus mengeluarkan budget banyak. Hanya saja sering bagi pelaku UKM untuk memeras otak lebih keras.
           

  
BAB III
PENUTUP




A. KESIMPULAN
           
Dalam jangka panjang, harus diakui bahwa peran Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang jumlahnya sangat dominan dalam struktur perekonomian indonesia sangat strategis dan seharusnya dijadikan landasan pembangunan ekonomi nasional. Namun fakta menunjukan perkonomian Nasional lebih dikuasai oleh segelintir penguasa besar yang ternyata sangat labil terhadap goncangan ekonomi global.




B. SARAN

            Masalahnya sekarang adalah, bagaimana memperluas dan memberdayakan sosok UKM Indonesia yang cenderung masih menerapkan manajemen tradisional, lemah terhadap akses permodalan, tekhnologi cenderung  konvensional, miskin inovasi dan jaringan, sehingga mampu bersama-sama tumbuh dengan perusahaan besar terutama yang berkelas dunia serta bervisi global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar