12/02/11

KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH MANAJEMEN KEPUTUSAN EFEKTIF


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen Umum  ini dengan judul “KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH MANAJEMEN KEPUTUSAN EFEKTIF”. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Terutama penulis ucapkan kepada :
1.      Ibu Retno Kusumaningrum, selaku dosen mata kuliah Manajemen Umum.
2.      Kedua orang tua, atas segala dukungan yang telah diberikan.
3.      Rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi manajemen informatika kelas 1DB09.
Makalah ini penulis susun sebagai tugas mata kuliah Manajemen Umum. Dalam pembuatan laporan ini, masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun sangat diharapkan dari pembaca demi sempurnanya makalah penulis yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.



Depok, Januari 2011




Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

Manajemen sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.  Manajemen kinerja juga merupakan instrument untuk mendapatkan hasil-hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan para individu dengan mengelola kinerja sesuai dengan tujuan, sasaran dan standar yang telah disepakati bersama.
Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai soal yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah  kelak di kemudian hari.

1.1       Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sullt mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang perduli pada kepentingan orang lain, kepentingan lingkungannya.

Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya keperdulian pada kepentingan orang banyak, kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan. Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab.

Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untukmenegakkan etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan.
1.2       Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini “Kepemimpinan Dalam Sebuah Manajemen Keputusan Efektif”, terkait dengan kepemimpinan dalam suatu manajemen yg harus mengambil suatu keputusan secara efektif untuk tercapainya komunikasi yang harmonis anatara atasan dengan bawahannya.                                                 .              .                                               
Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Keputusan yang efektif yang harus diambiloleh seorang pemimpin.
2.      Sistem kemanajemenan yang efektif untuk diterapkan.
3.      Pentingnya pengelolaan manajemen keputusan efektif.

1.3       Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1.      Deskripsi tentang kepemimpinan.
2.      Peranan pemimpin suatu manajemen dalam mengambil keputusan.
3.      Manajemen efektif sebagai suatu sistem.

1.4       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
·         Bagaimana cara penerapan manajemen keputusan efektif ?
·         Bagaimana kekuasaan dan wewenang suatu manajemen keputusan efektif ?







BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Definisi Kepemimpinan
Leadership is capatibilty of persuading others to work together undertheir direction as a team to accomplish certain designated objectives(kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu), demikian tulis James M Black dalam bukunya Management, A guide to Executive Command.
Seorang pemimpin itu adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Seseorang yang secara resmi diangkat menjadi kepala suatu group I kelompok bisa saja ia berfungsi atau mungkin tidak berfungsi sebagai pemimpin.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang unik dan tidak diwariskansecara otomatis tetapi seorang pemimpin haruslah memiliki karekteristik tertentu yang timbul pada situasi -situasi yang berbeda.
Menurut John. R. Schermer Horn, Jr
Leading and being a manager are not one and the samething. To be a manager means to act effectively in the comprehensive sense of planning,organizing, leading and controlling. Leadership sucuss is a necessary but not suffcient condition for managerial success. A good manager is always a good leader, but a good leader is not necesserily a good manager.

2.2       Kekuasaan Dan Wewenang Kepemimpinan
Untuk dapat mengusahakan orang lain bekerjasama dengannya, maka pemimpin dapat menggunakan kewibawaan tertentu atau diberikan kewenangan/kekuasaan formal tertentu. Kekuasaan merupakan suatu bagian yang merasuk ke seluruh sendi kehidupan organisasi. Bahkan dikatakan oleh Mc Clelland kekuasaan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Manager dan non manager menggunakan kekuasaan dalam aktivitas sehari-harinya. Mereka memanipulasi kekuasaan untuk mencapai tujuan dan memperkuat kedudukan mereka. Dalam teori otoritas formil, kewenangan adalah suatu kekuasaan atau hak untuk bertindak, untuk memerintah atau menurut tindakan oleh orang lain.

Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Kekuasaan manager yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah kemampuan untuk meningkatkan penjualan itu.
Kekuasaan melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan A mempunyai kekuasaan atas B, jika A dapat menyebabkan B melakukan sesuatu di mana B tidak ada pilihan kecuali melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain atau kelompok lain: Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan. Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang untuk memerintah secara sah.
Unsur yang ada di dalam wewenang :
1. Wewenang ditanamkan pada posisi seseorang. Seseorang mempunyaiwewenang karena posisi yang diduduki, bukan karena karakteristik pribadinya;
2. Wewenang tersebut diterima oleh bawahan. Individu pada posisi wewenang yang sah melaksanakan wewenang dan dipatuhi bawahan karena dia memiliki hak yang sah; serta
3. Wewenang digunakan secara vertikal. Wewenang mengalir dari atas ke bawah mengikuti hierarkii organisasi.
Konsep lain yang sangat dekat dengan kekuasaan adalah pengaruh. Pengaruh merupakan suatu transaksi sosial di mana seseorang atau sekelompok orang yang lain untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan orang atau ke!ompok yang mempengaruhi. Dengan demikian kita bisa mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempunyai pengaruh. Pembedaan kekuasaan dengan pengaruh akan lebih memperjelas pemahaman atas konsep ini. Tetapi para penulis juga sering menggunakan konsep pengaruh dengan maksud menjelaskan kekuasaan, begitu sebaliknya. Dalam modul ini istilah pengaruh dan kekuasaan bisa dipakai secara bergantian.
Kekuasaan dapat berasal dari berbagai sumber. Bagaimana kekuasaan tersebut diperoleh dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung jenis kekuasaan yang sedang dicari. Kekuasaan dapat berasal dari basis antar pribadi, struktural, dan situasi.

2.3       Kepemimpinan Yang Efektif
Pemimpin yang efektif kelihatannya tidak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan mereka yang tidak efektif sehingga para ahli perilaku management tidak lagi meneliti tentang apa persayaratan ( kriteria ) seorang pemimpin yang efektif melainkan para ahli ini meneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif.Bagaimana mereka mendelegan tugas,bagaimana mereka mengambil keputusan, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi para bawahan
Seorang pemimpin memang harus memiliki Kwalitas tertentu ( Kriteria tertentu ) namun disamping itu ada suatu cara terbaiak untuk memimpin tidak seperti kwalitas pemimpin, maka perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang dapat dipelajari, jadi seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan bisa menjadi pemimpin yang efektif.
Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya Kepemimpinan ( Style of Leadership ). Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih jelek daripada gaya kepemimpinan yang lainya.
Para ahli mencoba mengelompokkan gaya kepemimpinan dengan menggunakan sutu dasar tertentu. Dasar yang sering dipergunakan adalah tugas yang dirasakan harus dilakukakan oleh pemimpin, Kewjiban yang pimpinan harapakan diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh pimpinan untuk pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan.
Ada berbagai gaya kepemimpinan antara lain :
1. The anthocratic leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahanya terpusat ditanganya. Seorang pemimpin yang otokratik mungkin memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahanya tidak mampu untuk baranggapan mempunyai posisi yang kuat untuk mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.

2. The Paticipative Leader
Apabila seseorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada bawahanya. Tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari pada bawahanya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara serius mendengarkan dan menilai pikiran –pikiran para bawahanya dan menerima sumbangan pikiran mereka .Sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktekan .Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari pada bawahanya sehingga pikiran –pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin matang . Para bawahanya juga didorong agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih “ Supportive” dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap diktator. Meskipun tentu saja. Wewenang terakhir dalam penganbilan keputusan terletak pada pimpinan.
3. The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “ Free rein “ pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahanya dengan agak lengakap. Pada prinsipnya pimpinan akan mengatakan “ inilah pekerjaan yang harus saudara lakukakn. Saya tidak peduli bagaimana kalau mengerjakannya, asal kan pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik “. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahanya. Dalam artian pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendaliakan diri mereka sendiri di dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan/keahlian yang tinggi .

2.4       Manajemen Efektif Sebagai Suatu Sistem
Sebagai proses komunikasi yang berkelanjut antara atasan dan bawahan untuk memperjelas dan menyepakati fungsi pokok pekerjaan bawahan dan pelaksanaannya guna berkontribusi mencapai tujuan organisasi, manajemen kinerja bukanlah proses satu arah dari atas kebawah, melainkan proses interaktif dimana terjadi dialog dan diskusi antara atasan dan bawahan berkenaan dengan target pekerjaan bawahan.

Untuk itu, manajemen efektif memiliki lima komponen sebagai berikut :
Perencanaan kerja dimana atasan dan bawahan berupaya merumuskan, memahami dan menyepakati target kinerja bawahan dalam rangka mengoptimalkan kontribusinya terhadap mencapaian tujuan-tujuan organisasi;…………………………………….
Komunikasi berkelanjutan antara atasan dan bawahan guna memastikan bahwa apa yang telah, sedang dan akan dilakukan bawahan mengarah pada target kinerjanya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, serta guna mengantisipasi segala persoalan yang mungkin timbul;....................................................................................
Pengumpulan data dan informasi oleh masing-masing pihak sebagai bukti pendukung realisasi kinerja bawahan. Pengumpulan dapat dilakukan melalui formulir penilaian kinerja, observasi langsung maupun tanya jawab denga pihak-pihak terkait;
Pertemuan tatap muka antara atasan dan bawahan untu mengkaji bukti-bukti otentik kinerja bawahan diklarifikasi, didiskusikan dan disimpulkan bersama sebagai kinerja bawahan pada priode tertentu;……………………………………………………….
Diagnosis berbagai hambatan efektivitas kinerja bawahan dan tindak lanjut bimbingan yang dapat dilakukan atasan untuk menyingkirkan hambatan-ambatan tadi guna meningkatkan kinerja bawahan.

2.5       Syarat – Syarat Manajemen Efektif
Manajemen kinerja efektif hendaknya memenuhi syarat syarat berikut :
·         Relevance, hal hal atau factor- factor yang diukur adalah yang relevan (terkait dengan pekerjaannya, apakah itu “output-nya, prosesnya atau input-nya”;
·         Sensitivity, system yang digunakan harus cukup peka untuk membedakan antara karyawan yang “berprestasi” dan “tidak berprestasi”;
·         Reliability, system yang digunakan harus dapat diandallkan, dipercaya bahwa mengunakan tolok ukur yang objektif, shaheh, akurat, konsisten dan stabil;
·         Acceptability, system yang digunakan harus dapat dimengerti dan diterima oleh karyawan yang menjadi penilai ataupun yang dinilai dan memfasilitasi, komunikasi aktif dan konstruktif antara keduanya;
·         Practicality, semua instrument, misalnya formulir yang digunakan harus mudah digunakan oleh kedua pihak, tidak rumit dan berbelit belit.
Adapun menurut Budi W. Soetjipto (2006 : 29 ) secara umum implementasi manajemen kinerja yang efektif mampu :
·         Mengkoordinasikan unit-unit kerja yang ada di dalam organisasi;
Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan berbagai hambatan dan permasalahan kinerja;
·         Menjadi landasan pengambilan keputusan di bidang SDM;
·         Menjadi alat untuk mengefektifkan pengelolaan SDM;
·         Menumbuhkembangkan kerjasama antara atasan dengan bawahannya;
·         Menjadi wahana penyampaian umpan balik secara regular kepada bawahan;
·         Meminimalkan kesalahan dan meniadakan kesalahan berulang.

2.6       Pengambilan Keputusan Yang Efektif
Salah satu tugas manajer adalah membuat keputusan.Seorang manajer yang efektif tidak banyak membuat keputusan luar biasa. Mereka berkonsentrasi pada hal-hal penting. Mereka membuat keputusan-keputusan penting. Yang dimaksud dengan “penting” adalah sebuah keputusan yang memberikan dampak signifikan dan positif bagi seluruh perusahaan.Membuat keputusan bagi seorang manajer yang efektif adalah sebuah proses yang sistematis. Keputusan penting dibuat berdasarkan tingkat pemahaman konseptual tertinggi. Inilah yang membedakan seorang manajer yang efektif dengan manajer yang hanya ingin sekedar “memecahkan masalah”. Tentu saja seorang manajer harus memecahkan masalah, namun jika keputusan diambil berdasarkan ketrampilan memanipulasi variabel-variabel dan situasi, maka sungguh itu suatu cara berpikir yang ceroboh. Manajer yang efektif selalu berusaha menemukan hal-hal yang konstan dalam suatu situasi, memahami sesuatu yang sifatnya strategik dan generik. Mereka selalu ingin mengetahui segala sesuatu di balik keputusan dan mengapa keputusan itu dibuat. Dan yang terutama, mereka menginginkan dampak dari keputusannya.
Salah satu tugas manajer adalah memecahkan masalah. Namun seorang manajer yang efektif tidak hanya sekedar mau memecahkan masalah. Mereka menggali dan berusaha memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Mereka melihat fakta sebagai hal yang harus dipahami, bukan untuk dimanipulasi. Mereka mempertanyakan apakah ada sesuatu yang mendasar dan umum, atau hanya gejala, atau sesuatu itu bersifat temporer. Jika kejadian yang muncul benar-benar unik dan jarang terjadi, maka manajer harus mempertanyakan apakah ini suatu pengecualian atau gejala awal dari suatu kasus baru. Ini hanya bisa dilakukan jika manajer itu mempunyai tingkat pemahaman konseptual yang tinggi, serta memahami prinsip-prinsipnya.
Manajer yang efektif tidak tertarik dalam kecepatan pengambilan keputusan. Ini bukan sebuah lomba adu kecepatan. Keputusan diambil bukan untuk membuat seorang manajer jadi populer atau terlihat pintar, melainkan untuk didengar dan dilaksanakan. Namun manajer yang efektif tahu kapan sebuah keputusan harus berlandaskan prinsip, dan kapan keputusan dibuat secara pragmatis tergantung kasusnya. Mereka tahu bahwa keputusan terumit adalah kompromi antara yang benar dan buruk, dan mereka telah belajar membedakan satu dengan yang lain.Keputusan yang salah diambil ketika seorang manajer keliru memahami situasi. Namun keputusan yang lebih buruk terjadi jika seorang manajer tidak mengetahui apa dampak yang harus terwujud saat keputusan itu dilaksanakan. Ya, seorang manajer yang efektif tahu bahwa hal yang paling banyak menyita waktu dalam proses bukanlah pembuatan keputusan, melainkan pelaksanaannya. Sebuah keputusan harus bisa diturunkan dalam bentuk tindakan. Itu berarti, komitmen.



 BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Tata manajemen yang baik pada intinya adalah seorang pemimpin yang mampu memperdayakan bawahannya dan dunia usaha melalui palayanan yang bermutu dan tentunya keputusan yang efektif. Manjemen yang kuat ditandai dengan kemampuannya (strength) dalam menjalankan kebijakannya secara efektif dan efesien dalam bidang-bidang yang strategis.
Seorang pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan memlkul tanggung jawab atas aklbat dan resiko yang timbul sebagai konsekwensi daripada keputusan yang diambilnya Tentunya dalam mengambil keputusan.

3.2       Saran
Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu, seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan. Untuk itu seorang pemimpin setidaknya harus memiliki kriteria-kriteria tertentu, misalnya kemampuan bisa "perceptive" dan objektif.
Dalam mengarahkan dan memotivasi bawahan agar melakukan pekerjaan dengan sesuai, seorang pemimpin bisa memilih suatu gaya kepemimpinan tertentu apakah gaya autokratis, gaya partisipatif dan bahkan gaya Free Rein yang sesuai dengan situasi dan lingkungan para bawahan. Hanya dengan jalan demikian pencapaian tujuan dapat terlaksana dengan efisien dan efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar